Rabu, 27 Mei 2009

kenakalan remaja (bolos sekolah )


Bolos atau meninggalkan jam pelajaran saat saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di sekolah adalah sebuah hal yang haram dilakukan oleh para pelajar. Namun tetap saja karena sifat dasar siswa yang juga manusia, selalu saja ada secuil rasa bosan yang timbul di benak mereka. Bosan dengan rutinitas sehari-hari untuk pergi ke sekolah dan menunaikan kewajiban sebagai pelajar. Terlebih bagi mereka yang sudah menjadikan bolos ini sebagai hobi dan agenda wajib mereka saat sekolah. Mereka yang malas-malasan dan hanya ingin bersenang-senang saja tentunya lebih memilih untuk meninggalkan kelas daripada harus mendengarkan penjelasan guru yang kata mereka bisa membuat 'kram otak' itu haha...


Resiko bagi mereka yang bolos sekolah adalah ketinggalan pelajaran, karena saat bolos mereka tidak menerima pelajaran seperti yang semestinya. Membolos pun bisa menghasilkan hadiah peringatan dari sekolah atau yang paling parah lagi adalah dikeluarkan dari sekolah alias DO Drop Out. Bagi mereka yang membolos, enteng saja! Ah yang penting bolos, senang-senang diluar daripada susah di sekolah...

Normalnya, sebagai seorang murid sekolah bahkan hingga sebelum tamat kuliah, saya pun pernah melakukan hal ini. Ya! Membolos. Sasaran tempat membolos saya biasanya tidak jauh-jauh dari lingkungan sekolah. Di kantin sekolah, ruang BP, perpustakaan, bahkan sampai masjid pun pernah saya lakoni, bahkan hingga keluar area sekolah hehe. Akan tetapi karena dasarnya saya ini adalah murid yang baik, itu semua adalah atas inisiatif teman-temanku saja.. hehehe... Sifat buruk saya pun ikut-ikutan muncul seketika itu, hihi dan boloslah saya.... Hahaha...

Pengalaman buruk sewaktu membolos adalah saat kelas 2 SMP, waktu itu tempat membolos sekolah saya adalah di arena 'dingdong' alias game center. Masih dengan kondisi berseragam lengkap dengan sepatu dan tas sekolah, bersama dua orang teman saya yang lain, Erwin dan Fuad, kami bertiga tertangkap basah oleh razia polisi yang khusus menyergap mereka yang berseragam dan bolos sekolah. Nama kami bertiga pun dicatut pihak yang berwajib itu dalam sehelai kertas dan akan mengancam akan melaporkannya ke kepala sekolah. Dalam hatiku berucap, "Mampus aku!". Konyolnya lagi, si Erwin yang mungkin sangat gugup itu malah dengan serta merta menyerahkan kartu pelajarnya saat ditanya namanya hihi. Tapi untung bagi saya, pak polisi tadi agak error telinganya, sehingga salah menulis nama saya, yang hanya ditulis Isfendik saja hahahaha, ga bakal ketahuan nih. Dan salah seorang polisi itu pun berkata "Melihat tampang dan penampilan kalian, saya yakin kalian itu di sekolah ga pintar". Beuh, ingin rasanya kutunjukkan rapor sekolah kami di depan pak pulisi itu.. Kami ini dari kelas unggulan di sekolah kami, pak! hihi...

Padahal, dengan bolos, mungkin anak itu mendapat sesuatu yang lebih bernilai ketimbang mendekam dalam kelas yang ritualnya membosankan. Hukuman dan kemarahan hanya akan membuat anak didik mengulang lagi perbuatannya tanpa ada perubahan pemahaman atas dirinya, tentang sekolah dan belajar.

***Saya tak sejalan dengan sistem pendidikan dulu dan hari ini. Guru, biarkanlah anak didikmu belajar dalam arti sesungguhnya. Jangan biarkan mereka terlambat mengenal diri dan potensi mereka. Biarkan mereka memilih sendiri mau apa dan bagaimana kisah hidup mereka. Bertanggung jawab atas pilihan itu. Jangan selalu jadikan mereka objek pendidikan!***